
Rayakan Semangat Kartini, Ini Kata Woman Leaders tentang ‘Kartini Masa Kini’
Kamis, (17/4), Girls Beyond berkesempatan berkolaborasi dalam acara intimate yang dihadiri oleh woman leaders Indonesia bertajuk ‘From Kartini to Us: A Celebration of Grace and Grit’ yang diselenggarakan oleh Parentalk x WomenWork di Plataran Dharmawangsa sebagai partner tempat berlangsungnya acara.
Acara ini menjadi sebuah ruang bagi perempuan untuk berbagi cerita, saling menguatkan, dan merayakan perjalanan luar biasa mereka sebagai perempuan di era modern.
Dalam suasana yang hangat dan intim, woman leaders dari berbagai latar belakang datang untuk membagikan pengalaman dan pembelajaran mereka tentang perjalanan menjadi perempuan yang penuh dengan tantangan, tetapi juga penuh dengan kekuatan dan keberanian.
Baca juga: Cewek Juga Bisa Loh, Yuk Intip Potensi Berkarier Melalui Media Sosial!
Sesi Perkenalan: Saling Mengenal Lebih Dalam Antar Woman Leaders
Acara dibuka dengan hangat oleh moderator Devina Mahendriyani dari Girls Beyond & WomenWorks dan Audrie dari Parentalk. Keduanya langsung menghidupkan suasana lewat diskusi ringan bersama woman leaders, membahas hal-hal yang mungkin selama ini belum pernah mereka ceritakan di mana pun, menjadikan momen ini terasa begitu spesial.
Sesi perkenalan yang sederhana namun penuh makna ini pun membuat pertemuan antar woman leaders semakin mengenal satu sama lain. Juga, memberikan kesempatan bagi mereka untuk saling berbagi pengalaman dan memulai hubungan lebih dalam sebagai sesama perempuan.
Selama sesi ini, suasana terasa sangat ceria dan intim. Ada rasa kebersamaan yang terjalin dengan cepat, di mana perempuan-perempuan ini merasakan kenyamanan untuk berbagi dan menghargai perjalanan hidup masing-masing.
Sharing Session: Woman Leaders Merayakan Diri di Tengah Tantangan Zaman Modern
Acara ini juga mengajak para woman leaders untuk berbagi pengalaman mereka sebagai perempuan yang memainkan berbagai peran dalam kehidupan.
Dalam sesi ini, woman leaders enggak hanya diajak untuk membicarakan tantangan yang dihadapi, tetapi juga untuk merayakan diri mereka sendiri, menyadari keberhasilan-keberhasilan kecil yang mungkin sering terlupakan.
Topik yang dibahas sangat dekat dengan keseharian para woman leaders, bagaimana mereka menjalani peran sebagai ibu, istri, profesional, dan individu di dunia yang terus berubah ini.
Banyak cerita yang disampaikan mengungkapkan betapa beratnya menyeimbangkan berbagai aspek kehidupan, tetapi juga mengingatkan kita bahwa setiap perempuan memiliki kekuatan untuk terus maju meski dalam keadaan yang penuh tekanan.
Para woman leaders berbicara dengan terbuka tentang berbagai tantangan perempuan seperti mengurus keluarga, berkarier, dan mengelola harapan masyarakat, sembari saling memberi dorongan dan penguatan.
Beberapa dari mereka juga berbagi strategi dalam mengelola kehidupan yang penuh tuntutan ini. Ada yang menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, ada juga yang berbicara tentang bagaimana mereka berusaha untuk tetap menjadi diri sendiri meski banyak ekspektasi yang harus dipenuhi.
Hal ini menunjukkan bahwa meski tantangan zaman semakin besar, perempuan tetap memiliki kemampuan untuk bertahan dan berkembang.
Baca juga: Perempuan Tangguh Afrika Nggak Cuma Ada di Film “Wakanda Forever”
Workshop Membatik bersama Oemah Etnik

Sesi pertemuan ini ditutup dengan workshop pembuatan batik yang bekerja sama dengan Oemah Etnik, sebuah brand fashion yang dikenal karena memberdayakan perempuan melalui kerajinan batik.
Para woman leaders diajak untuk mengenal lebih dalam tentang seni batik tradisional Indonesia yang kaya akan makna dan nilai budaya.
Di sini, woman leaders enggak hanya diajak untuk belajar membuat batik, tetapi juga memahami bagaimana kerajinan ini berperan dalam menjaga tradisi Indonesia serta memperkenalkan batik kepada dunia.
Dalam sesi interview, Rizki Triana, founder Oemah Etnik, yang lebih akrab dipanggil Kiki, juga berbagi cerita mengenai perjalanan bisnisnya sebagai seorang mompreneur.
Ia menjelaskan bagaimana Oemah Etnik memberdayakan ibu-ibu pengrajin batik di berbagai daerah, memberikan mereka peluang untuk mandiri secara finansial.
Kiki percaya bahwa perempuan bisa mencapai banyak hal ketika mereka saling mendukung dan memberikan ruang bagi diri mereka untuk berkembang.
Kiki juga berbicara tentang makna menjadi perempuan kuat di zaman sekarang. “Jadi Kartini masa kini itu bukan cuma soal jadi kuat, tapi juga berani mengakui bahwa kita gak harus selalu sempurna,” ujarnya.
Kiki menekankan pentingnya menerima ketidakseimbangan hidup dan tetap melangkah maju, apapun keadaannya. “Kita harus berdamai sama ketidakseimbangan hidup dan tetap show up apapun keadaannya,” tambahnya.
Pesan Dari Woman Leaders tentang Kartini Masa Kini
Di tengah acara tersebut, Girls Beyond juga mewawancarai beberapa perempuan hebat, di mana mereka berbicara tentang kekuatan dan pandangan mereka tentang “Kartini” sebagai perempuan Indonesia sekaligus “woman leaders.”
Kisah-kisah yang dibagikan sangat menginspirasi dan memberikan pandangan yang lebih dalam tentang arti keberanian, keteguhan hati, dan juga kelembutan dalam menjalani kehidupan.
Shinta Nurfauzia, CEO Lemonilo, membagikan pandangannya tentang pentingnya menjadi diri sendiri di tengah ekspektasi sosial. Menurut Shinta, menjadi perempuan di era sekarang adalah tentang berani melawan ekspektasi tersebut dan tetap menjadi pribadi yang autentik.
“Help yourself before you help others,” ujarnya, menekankan bahwa untuk bisa membantu orang lain, kita harus terlebih dahulu menjaga diri kita sendiri.
Shinta juga menyoroti fakta bahwa hanya sekitar 20% perempuan yang menduduki posisi manajerial di Indonesia. Namun, ia percaya perubahan bisa dimulai dari diri sendiri dan dari lingkungan kecil, seperti keluarga.
Galih Sulistyaningrum, CEO Smartick Indonesia, juga berbagi pandangannya mengenai semangat Kartini masa kini. Ia melihat Kartini sebagai sosok yang selalu mendesak untuk belajar dan berkembang.
Sebagai pemimpin di dunia edutech, Galih menyadari masih adanya tantangan gender, tetapi ia merasa beruntung karena ada ruang aman untuk tumbuh. “Teknologi itu harusnya memudahkan dan memberdayakan, bukan disalahgunakan,” katanya. Ia menambahkan bahwa perempuan Gen Z harus membekali diri dengan tiga hal utama: percaya diri, empati, dan resiliensi.
Umah Hapsari, founder brand sepatu lokal Amazara dan 1001 shoes, berbicara tentang bagaimana Kartini masa kini adalah perempuan yang memiliki keberanian untuk mengatasi tantangan dan menginspirasi dirinya sendiri.
“Kartini masa kini adalah yang punya keberanian untuk bisa living up to one’s potential, untuk bisa menginspirasi diri sendiri dan menghasilkan impact yang bermakna,” ujarnya.
Dalam perjalanan membangun Amazara dari nol, Uma mengungkapkan bahwa ia pernah mengalami kebangkrutan, namun dari situ ia belajar banyak tentang keuangan dan desain bisnis. “Pengalaman itu bikin aku jadi lebih yakin dan kuat,” ceritanya.
Ia juga menekankan pentingnya memiliki semangat untuk terus maju meskipun kita merasa lelah, dan memberi tips kepada Gen Z untuk tidak ragu memulai bisnis meski merasa belum cukup ahli: “Ketika kita mulai, itu karena kita belum hebat. Stop mikir kebanyakan dan langsung lakuin aja!”
Dea Rizkita, seorang communication trainer, juga berbagi pandangannya tentang bagaimana perempuan bisa mengembangkan “presence” dalam berbicara.
Menurut Dea, menjadi Kartini masa kini bukan hanya soal memakai kebaya, tetapi tentang memahami bagaimana perempuan bisa berdaya dan berdampak sesuai minat dan kemauan diri mereka sendiri.
“Yang pertama harus dimiliki adalah rasa percaya bahwa kamu itu berharga. Dari situ, keberanian akan muncul untuk menyuarakan apa yang kamu mau,” ujarnya.
Ia juga menyoroti pentingnya interaksi dengan banyak orang agar komunikasi yang dilakukan bukan hanya lantang, tetapi juga bermakna.
Dea menambahkan bahwa perempuan sering kali menghadapi tantangan dalam bersaing di dunia yang kompetitif. Ia memberikan tiga skill utama yang harus dimiliki perempuan Gen Z untuk bisa menonjol: self-awareness, kemampuan komunikasi, dan merasa cukup.
“Jangan takut, karena setiap suara kita punya makna,” tegasnya, sambil mengingatkan bahwa rasa takut adalah bagian dari proses, yang bisa dikalahkan dengan keberanian dan mindset kelimpahan.
Nucha Bachri, Co-Founder Parentalk, menutup sesi interview ini dengan mengingatkan bahwa perjuangan Kartini enggak pernah berhenti. “Semangat perjuangan Kartini masih relevan hingga kini, namun isu yang diperjuangkan kini lebih luas,” ujar Nucha.
Ia menekankan pentingnya self-awareness dalam menjalani peran ganda sebagai ibu, istri, dan pemimpin. “Aku belajar mengenali tanda-tanda burnout dan tahu kapan harus istirahat atau mendelegasikan,” jelasnya.
Acara ini menjadi pengingat yang kuat bahwa perjalanan perempuan dari masa Kartini hingga kini penuh dengan tantangan yang enggak mudah, namun perempuan terus melangkah maju dengan penuh ketekunan dan kelembutan.
Dari berbagai cerita yang dibagikan, kita diajak untuk merayakan keberanian untuk terus tumbuh, menghadapi ketidaksempurnaan, dan menjalani hidup dengan keberanian dan keteguhan hati.
Pesan utama yang ditinggalkan dari acara ini adalah bahwa perempuan enggak perlu merasa sempurna untuk bisa menginspirasi, dan bahwa menjadi perempuan hebat adalah tentang bagaimana kita tetap bangkit meskipun dunia seringkali menuntut lebih dari kita.
Terakhir, ucapan terima kasih kepada Plataran Dharmawangsa yang telah menjadi partner venue & FnB dengan menyajikan hidangan autentik yang luar biasa.
Kami juga sangat berterima kasih kepada semua brand partner yang telah mendukung acara From Kartini to Us: A Celebration of Grace and Grit, seperti Klar Smile, Earth Love Life, Duvaderm, Lemonilo, dan 1001 Shoes. Semoga acara ini dapat menjadi wadah yang bermanfaat dan inspiratif bagi kita semua!
Baca juga: 10+ Perempuan Hebat yang Menginspirasi dan Mengubah Pandangan Hidup
Suka event-event seru ala Gen Z? Yuk, gabung discord Girls Beyond Circle sekarang!
Comments
(0 comments)
You need login/sign up to post comment
Login / Sign UpYuk, Jadi yang Pertama Berkomentar!
Bagikan pendapatmu!