
Picky Eater Bukan Cuma Masalah Selera, Ini 4 Alasannya!
Kamu pasti pernah, nemu orang yang super pilih-pilih makanan. Atau jangan-jangan kamu sendiri yang seperti itu? Ternyata jadi picky eater, atau orang yang suka pilih-pilih makanan, bukan karena ‘enggak doyan’ saja, lho.
Menurut WebMD, hasil survei pada 500 orang dewasa yang picky eater menunjukkan kalau mereka cenderung menghindari makanan dengan rasa pahit atau asam, serta tekstur yang licin, berlendir, atau bergumpal.
Lantas, apa sih yang menyebabkan mereka seperti itu? Yuk cari tahu beberapa alasannya berdasarkan sumber tepercaya berikut ini!
Baca juga: Sama-sama Gangguan Makan, Ini Perbedaan Anoreksia dan Bulimia
1. Karakteristik Orang Tersebut yang Mempengaruhi Pilihan Makanan
Menurut Solid Starts, beberapa anak memang lahir dengan karakter yang lebih sensitif, baik secara emosi maupun indera.
Mereka bisa lebih peka terhadap rasa, bau, bahkan tekstur makanan. Misalnya, makanan yang menurut kita biasa aja, buat mereka bisa terasa “aneh” banget di mulut.
Anak-anak dengan kondisi tertentu seperti gangguan pemrosesan sensorik atau neurodevelopmental (contohnya ADHD atau spektrum autisme) juga cenderung lebih pilih-pilih makanan karena cara mereka merespons sensasi berbeda dari kebanyakan orang.
Jadi, picky eater bukan selalu soal “manja,” tapi bisa saja karena sistem saraf mereka bekerja dengan cara yang unik.
2. Pengalaman Masa Kecil yang Penuh Tekanan saat Makan
Menurut jurnal Appetite yang dirangkum oleh Allpsych, pengalaman makan saat masih kecil ternyata punya pengaruh besar terhadap kebiasaan makan seseorang ketika dewasa.
Salah satu faktor yang paling sering disebut adalah tekanan dari orang tua saat waktu makan.
Banyak orang dewasa yang kini jadi picky eater mengingat bahwa dulu mereka sering dipaksa menghabiskan makanan, bahkan ketika mereka sudah merasa kenyang atau memang enggak suka dengan makanannya.
Beberapa bahkan punya pengalaman dimarahi atau diberi hukuman jika enggak mau makan. Perlakuan seperti ini bisa menimbulkan rasa cemas atau enggak nyaman saat makan, yang akhirnya terbawa hingga dewasa.
Sebaliknya, orang-orang yang enggak picky saat dewasa biasanya tumbuh dalam lingkungan yang lebih fleksibel. Orang tua mereka cenderung memberikan contoh pola makan sehat tanpa memberi tekanan berlebihan.
Baca juga: Tak Cuma Tambah Energi, Ada 5 Manfaat Sarapan Pagi Sebelum Mulai Bekerja
3. Mengalami Restrictive Food Intake Disorder (AFRID)
Dalam beberapa kasus, penyebab picky eater menurut howstuffworks, bisa berkaitan erat dengan kondisi kesehatan mental tertentu, salah satunya adalah Avoidant/Restrictive Food Intake Disorder atau ARFID.
ARFID adalah gangguan makan yang sudah diakui secara medis dan bisa didiagnosis oleh profesional.
Berbeda dengan gangguan makan lain seperti anoreksia yang biasanya berkaitan dengan citra tubuh, ARFID lebih fokus pada ketakutan terhadap makanan itu sendiri, baik karena pengalaman traumatis, rasa jijik yang berlebihan, ataupun ketakutan akan tersedak atau alergi.
Orang dengan ARFID biasanya hanya makan jenis makanan yang sangat terbatas. Mereka cenderung menghindari makanan baru atau makanan dengan tekstur dan aroma tertentu yang terasa “mengganggu”.
Akibatnya, variasi makanan yang dikonsumsi jadi sangat sempit, bahkan bisa berdampak serius pada asupan nutrisi harian.
Dalam jangka panjang, kondisi ini bisa menyebabkan kekurangan gizi, lemas, hingga masalah psikososial seperti kecemasan saat makan bersama orang lain atau enggan hadir di acara yang melibatkan makanan.
4. Faktor Lingkungan di Masa Anak-Anak
Banyak orang mungkin mengira picky eater itu muncul karena bawaan atau selera pribadi semata. Padahal, para ahli percaya bahwa faktor lingkungan, terutama saat masa kecil, punya pengaruh yang sangat besar dalam membentuk kebiasaan makan seseorang.
Coba deh ingat-ingat, apakah orang tua atau keluarga kamu dulu termasuk yang suka eksplorasi makanan? Atau justru cenderung makan itu-itu saja? Kalau sejak kecil kamu terbiasa melihat orang rumah menolak makanan baru, kemungkinan besar kamu juga akan tumbuh dengan sikap yang sama. Soalnya, kebiasaan makan sering kali terbentuk dari apa yang kita lihat dan alami sehari-hari.
Dikutip dari Restless, penelitian yang melibatkan 2.600 orang dewasa yang mengaku pemilih makanan, menunjukkan hal serupa, sebanyak 75% di antaranya mengatakan bahwa kebiasaan tersebut sudah dimulai sejak mereka masih kecil.
Ini menunjukkan bahwa apa yang kita alami dan pelajari sejak dini bisa meninggalkan jejak yang kuat hingga dewasa.
Baca juga: 11 Comfort Food Indonesia yang Cocok untuk Tingkatkan Suasana Hati!
Sebenarnya menjadi picky eater bukan masalah, namun yang menimbulkan masalah adalah ketika makanan yang enggak disukai sebenarnya penting untuk kebutuhan nutrisi. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan sel, kekebalan tubuh, dan masalah pencernaan.
Menurut Dr. Conlon dari Restless, bahkan hal ini bukan hanya tentang gizi, tetapi juga tentang dampak sosialnya. Jadi, gimana menurut kamu?
—
Gabung Girls Beyond Circle dan dapatkan informasi seru lainnya!
Cover: Freepik
Comments
(0 comments)