gagal menampilkan data

Article

Benarkah Gen Z adalah Generasi Strawberry? Ini Ciri Karakter dan Penyebabnya!

Written by Adila Putri Anisya

Kamu pernah dengar istilah generasi strawberry? Mungkin belum banyak yang tahu, tapi ternyata istilah ini ada hubungannya banget sama Gen Z, lho! 

Gen Z sendiri adalah generasi yang lahir antara tahun 1997 sampai 2012, yang tumbuh bareng teknologi dan perubahan zaman yang cepat. 

Penasaran gimana ceritanya generasi strawberry ini bisa berkaitan dengan mereka? Yuk, kita bahas!

Baca juga: Kenali Penyebab Doom Spending yang Bikin Gen Z Disebut “Miskin” 

Apa yang Dimaksud Generasi Strawberry?

Apa yang Dimaksud Generasi Strawberry?
Sumber foto: Freepik

Istilah generasi strawberry awalnya muncul di Taiwan dan sekarang mulai dikenal di beberapa negara Asia Timur lainnya. 

Menurut Wikipedia, nama ini dipakai untuk menggambarkan generasi muda, biasanya yang lahir sejak tahun 1990-an, yang dianggap seperti stroberi, cantik dan menarik tapi gampang rusak. 

Maksudnya, mereka ini penuh kreativitas dan ide segar, tapi dianggap kurang tahan banting saat menghadapi tekanan sosial atau tantangan di dunia kerja.

Kenapa stroberi? Karena stroberi itu buah yang lembut dan mudah “penyok”, sama seperti generasi ini yang sering dianggap rentan dan kurang kuat menghadapi tekanan. 

Mereka tumbuh di lingkungan yang relatif stabil dan nyaman, seperti stroberi yang dibudidayakan dalam rumah kaca. 

Orang tua yang cenderung protektif juga jadi salah satu faktor, sehingga mereka terbiasa dengan kenyamanan dan cenderung menghindari kesulitan.

Kalau bicara karakter, generasi ini dikenal sangat kreatif dan melek teknologi. Mereka ahli dalam memanfaatkan digital dan media sosial, punya banyak ide segar yang bikin mereka berbeda dari generasi sebelumnya.

Tapi di sisi lain, mereka juga sering dianggap gampang putus asa, kurang sabar, dan lebih memilih kenyamanan daripada harus berjuang melewati rintangan berat.

Ciri-ciri Generasi Strawberry

Ciri-ciri Generasi Strawberry
Sumber foto: Pexels

Dilansir dari berbagai sumber, berikut adalah kelebihan dan kekurangan karakteristik generasi strawberry:

Kelebihan:

  • Suka Tantangan dan Anti Monoton: Banyak dari mereka justru suka mencoba hal baru dan menantang. Rutinitas yang itu-itu saja bikin mereka cepat bosan. Nah, sisi ini bisa jadi nilai plus di dunia kerja karena mereka enggak takut keluar dari zona nyaman dan siap berkembang.
  • Kerja Enggak Melulu Soal Uang: Bagi generasi ini, pekerjaan bukan cuma soal cari duit. Mereka lebih menghargai pekerjaan yang bisa menumbuhkan minat, mengasah bakat, dan memberi makna. Passion dan kenyamanan kerja jadi pertimbangan penting.
  • Berani dan Ekspresif: Mereka enggak ragu untuk menyuarakan pendapat dan ide, baik secara langsung maupun lewat media sosial. Sikap ini bisa mendorong perubahan positif di lingkungan kerja maupun masyarakat.
  • Cepat Beradaptasi dan Melek Teknologi: Tumbuh di era digital bikin mereka cepat banget tanggap sama teknologi baru. Mau itu aplikasi, platform, atau tren terbaru, mereka biasanya jadi yang paling update.
  • Kreatif dan Inovatif: Ide-ide segar sering datang dari generasi ini. Banyak dari mereka yang sukses di dunia kreatif karena mampu mikir beda dan bikin sesuatu yang unik dan relevan.
  • Peduli dan Penuh Empati: Mereka lebih sadar terhadap isu-isu sosial seperti kesetaraan, keadilan, dan kesehatan mental. enggak jarang, mereka ikut terlibat atau bersuara demi perubahan yang lebih baik.
  • Cari Keseimbangan Hidup: Work-life balance itu penting. Mereka ingin produktif, tapi tetap punya waktu untuk diri sendiri, keluarga, dan istirahat. Mental health jadi prioritas.

Kekurangan:

  • Mudah Tersinggung dan Sensitif: Mereka sering dianggap terlalu baper atau terlalu cepat merasa tersinggung. Kritik atau tekanan kecil bisa bikin mereka overthinking.
  • Cepat Menyerah dan Kurang Tahan Tekanan: Tantangan berat bisa bikin mereka patah semangat. Ketahanan mental kadang masih kurang, apalagi saat harus menghadapi tekanan atau kegagalan.
  • Terlalu Nyaman di Zona Aman: Beberapa dari mereka cenderung enggak mau ambil risiko. Ingin hasil besar, tapi usaha minim. Seringkali karena pola asuh yang terlalu melindungi.
  • Kurang Rasa Tanggung Jawab: Saat terjadi kesalahan, mereka cenderung menghindari tanggung jawab dan lebih suka menyalahkan keadaan atau orang lain.
  • Takut Gagal dan Kurang Disiplin: Banyak yang lebih memilih jalan aman karena takut gagal. Ditambah lagi, konsentrasi dan kedisiplinan kadang jadi masalah karena terlalu mudah terdistraksi.
  • Merasa Berhak Tanpa Usaha (Entitled): Beberapa dari mereka punya mindset merasa pantas dapat sesuatu tanpa kerja keras. Hal ini bikin mereka terlihat manja atau enggak siap tempur di dunia nyata.

Baca juga: Perusahaan Banyak Pecat Gen Z di 2024, Ini Beberapa Alasannya 

Faktor Penyebab Generasi Strawberry

Faktor Penyebab Generasi Strawberry
Sumber foto: Pexels

Menurut jurnal tahun 2022, ternyata, ada beberapa faktor yang ikut membentuk karakter generasi ini jadi seperti sekarang. Salah satu yang paling berpengaruh datang dari lingkungan paling dekat, yaitu keluarga.

Berikut beberapa penyebab utamanya:

1. Pola Komunikasi Keluarga yang Otoriter

Banyak remaja yang tumbuh di keluarga dengan pola komunikasi satu arah, di mana orang tua selalu ingin didengar tapi enggan mendengarkan. 

Pola seperti ini bikin anak merasa tertekan dan sulit mengekspresikan diri. Akibatnya, mereka cenderung tertutup dan kesulitan menyampaikan emosi.

2. Minimnya Ruang untuk Bersuara

Ketika anak tidak diberi ruang untuk menyampaikan pendapat, mereka tumbuh dengan perasaan tidak dihargai. Ini bisa berdampak besar ke kesehatan mental, terutama di usia remaja yang rentan.

3. Kesehatan Mental yang Kurang Diperhatikan

Masih banyak orang tua yang fokus ke kesehatan fisik, tapi lupa bahwa kesehatan mental juga penting. 

Padahal, usia 16-24 tahun adalah masa paling kritis untuk perkembangan mental remaja. Kalau enggak ditangani dengan baik, tekanan ini bisa bikin mereka tumbuh jadi pribadi yang mudah goyah.

4. Kurangnya Pola Komunikasi yang Demokratis

Remaja sebenarnya butuh didengar, bukan cuma disuruh. Saat komunikasi di rumah lebih terbuka dan dua arah, anak akan merasa lebih aman dan percaya diri. 

Tapi kalau komunikasi di rumah kaku dan penuh tekanan, bisa jadi bibit-bibit karakter “rapuh” mulai tumbuh.

5. Enggak Terbiasa Menghadapi Tekanan

Karena pola asuh yang terlalu protektif, sebagian anak tumbuh tanpa terbiasa menghadapi kesulitan.

Akibatnya, begitu masuk ke dunia nyata yang penuh tantangan, mereka jadi gampang stres dan merasa cepat kewalahan.

Baca juga: Fenomena Healing Pengaruhi Kesehatan Mental Gen Z: Bisa Berdampak Buruk? 

Kenapa Generasi Strawberry Identik dengan Gen Z?

Kenapa Generasi Strawberry Identik dengan Gen Z?
Sumber foto: Pexels

Seiring berjalannya waktu, istilah ini makin sering dikaitkan dengan Gen Z, terutama di kawasan Asia Timur seperti Taiwan, Jepang, hingga menyebar ke negara lain termasuk Indonesia.

Tapi, kok bisa Gen Z yang kena label ini?

Menurut Your Tango, salah satu alasan utamanya karena Gen Z tumbuh di era serba cepat dan penuh tekanan, baik dari media sosial, lingkungan sekolah, sampai keluarga. 

Walaupun mereka dikenal melek teknologi dan kreatif, banyak juga yang melihat Gen Z sebagai generasi yang lebih sensitif, gampang stres, dan cenderung menghindari tantangan berat. Ibarat stroberi: kelihatan manis dan menarik, tapi gampang penyok kalau ditekan sedikit saja.

Selain itu, Gen Z juga dikenal lebih suka berada di zona nyaman. Mereka cenderung memilih stabilitas dan keamanan dibanding menghadapi risiko besar. Misalnya, daripada kerja lembur tiap hari dengan tekanan tinggi, mereka lebih milih kerja fleksibel dengan gaji secukupnya tapi tetap punya waktu buat diri sendiri.

Ada juga anggapan bahwa mereka kurang bertanggung jawab, terutama soal tugas dan pekerjaan. Banyak yang menunda-nunda, baru gerak kalau sudah kepepet. 

Tapi perlu digarisbawahi, enggak semua dari mereka seperti itu, ya. Stereotip ini muncul karena banyak kasus yang terlihat, bukan berarti mewakili semuanya.

Namun, meski sering dipandang negatif, bukan berarti label generasi strawberry sepenuhnya buruk. Justru dari balik sisi “rapuh” itu, ada karakter-karakter positif seperti empati yang tinggi, keberanian untuk speak up, serta kesadaran akan pentingnya kesehatan mental, sesuatu yang dulu sering diabaikan oleh generasi sebelumnya.

Jadi, kalau ditanya kenapa Gen Z identik dengan generasi strawberry? Jawabannya karena mereka hidup di zaman yang berbeda, dengan tantangan yang berbeda pula. Label itu memang menggambarkan sisi lemah mereka, tapi juga bisa jadi pengingat kalau setiap generasi punya cara sendiri dalam menghadapi dunia.

Bagaimana Mengurangi Dampak Negatif Generasi Strawberry?

Sumber foto: Pexels

Ada beberapa cara agar kamu keluar dari stereotip generasi strawberry, di antaranya:

  • Kembangkan pola pikir bertumbuh agar tidak mudah menyerah saat menghadapi tantangan.
  • Biasakan keluar dari zona nyaman untuk membangun kepercayaan diri dan adaptasi.
  • Ambil tanggung jawab atas keputusan tanpa menyalahkan orang lain.
  • Sesuaikan ekspektasi dengan kemampuan dan realitas yang ada.
  • Asah literasi digital dan kemampuan berpikir kritis.
  • Jadi orang tua yang tegas, suportif, dan mau jadi teladan nyata.
  • Ciptakan lingkungan yang mendukung pembentukan karakter positif.
  • Temukan mentor atau panutan yang inspiratif dan membangun.
  • Fokus pada proses, bukan hanya hasil akhir.
  • Jaga kesehatan mental dan fisik dengan cara yang positif dan realistis.

Baca juga: Mengenal Karakter Gen Z: Benarkah Generasi Manja? 

Menurutmu bagaimana? Setujukah Gen Z diklaim sebagai “generasi strawberry”? Apakah kamu merasakannya?

Gabung discord Girls Beyond Circle dan dapatkan informasi menarik lainnya!

Cover: Freepik

Comments

(0 comments)

Sister Sites Spotlight

Explore Girls Beyond