gagal menampilkan data

Article

Yuk, Jadikan Momen Idul Adha Sebagai Refleksi Diri, Ini Cara ‘Mengikhlaskan’ yang Telah Lalu

Written by Nabiilah

Setiap kali Idul Adha datang, pasti kita langsung teringat dengan kisah luar biasa tentang Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Tentang pengorbanan, keikhlasan, dan kepercayaan penuh kepada Tuhan. 

Tapi di balik ritual kurban, ibadah yang dijalankan, dan perayaan, ada satu hal yang kita lewatkan. Tentang kita yang belum merefleksikan diri di momen Idul Adha. 

Refleksi Idul Adha seharusnya menjadi momen untuk kita melihat kedalam diri sendiri, untuk melepaskan,”mengkurbankan” ego, harapan yang enggak sesuai realita, atau hubungan yang sudah enggak lagi sehat. 

Di tengah kesibukan yang kita jalani tiap harinya, rasanya hari ini bisa jadi waktu yang pas buat kita untuk nanya ke diri sendiri: “Apa yang perlu aku lepaskan tahun ini demi bisa bertumbuh lebih baik?”

Baca juga: 6 Buku Tentang Self Love Terbaik: Panduan Menuju Diri yang Lebih Bahagia

Kenapa Refleksi Idul Adha Penting Buat Kita?

makna kurban, belajar ikhlas, kurban emosional
Sumber: Pexels

Bagi banyak orang, Idul Adha jadi ajang silaturahmi, makan enak, atau bahkan liburan singkat. Tapi kalau kita deep dive lagi, momen ini adalah waktu ideal untuk pause sejenak dan melakukan evaluasi ke dalam.

Buat Gen Z, yang masuk tahun ke-20 kamu hidup, pasti banyak dari kamu yang sudah merasakan era dimana kamu lagi lari terus buat kejar karier, jaga hubungan dan jaga citra diri biar enggak diomongin. 

Tapi apakah kita benar-benar jujur ke diri sendiri soal apa yang udah enggak lagi kita butuhkan?

Refleksi Idul Adha bisa jadi pengingat bahwa kadang, kita perlu “berkurban” dalam bentuk yang lain. Bukan cuma harta, tapi juga:

  • Harapan yang enggak realistis
  • Rencana masa depan yang terlalu kaku
  • Hubungan yang bikin lelah secara emosional
  • Versi diri yang udah enggak cocok lagi dengan siapa kita hari ini.

Baca juga: Ide Kegiatan Menjelang Idul Adha 2025 untuk Gen Z, Seru & Bermanfaat!

Melepaskan Bukan Berarti Gagal

makna kurban, belajar ikhlas, kurban emosional
Sumber: Pexels

Salah satu hal yang bikin kita sulit ikhlas adalah rasa takut dibilang gagal. Kita ngerasa kalau melepaskan, berarti kita kalah. 

Padahal,  melepaskan hal yang enggak lagi sejalan adalah bentuk keberanian dan bentuk cinta yang sehat ke diri sendiri.

Ini ada studinya loh, di dunia psikologi proses mengikhlaskan (letting go) dianggap sebagai salah satu elemen penting dalam emotional regulation (menyikapi emosi) dan mental well-being. 

Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh Mauss (2007), individu yang bisa menerima dan melepaskan emosi negatif cenderung memiliki tingkat stres lebih rendah dan kesehatan mental yang lebih stabil.

Jadi, mengikhlaskan itu bukan berarti pasrah, tapi lebih ke menghentikan resistensi terhadap realita yang enggak bisa kita ubah. 

Ada terapi kesehatan mental, namanya Acceptance and Commitment Therapy (ACT), di terapi ini ada teori kalau melepaskan adalah bentuk acceptance, yaitu kemampuan menerima kenyataan tanpa terlalu menghakimi diri sendiri. Misalnya saat kamu menerima untuk:

  • Melepaskan pertemanan yang udah enggak sehat, walaupun kamu udah kenal 10 tahun
  • Mengikhlaskan ekspektasi untuk selalu sempurna di mata orang lain
  • Berhenti ngejar mimpi yang ternyata datang dari tekanan orang lain, bukan dari hati kamu sendiri

Melalui refleksi Idul Adha, kita bisa belajar kalau rewarding diri sendiri bukan hanya soal menambah, tapi kadang juga tentang mengurangi. Mengurangi beban, ekspektasi, atau drama yang udah enggak perlu.

Baca juga: 5 Konsultasi Psikolog Gratis Online untuk Jaga Kesehatan Mental Kamu

Langkah-Langkah Kecil untuk Refleksi Idul Adha

makna kurban, belajar ikhlas, kurban emosional
Sumber: Pexels

Kalau kamu pengen mulai melakukan refleksi tapi enggak tahu harus dari mana, ini beberapa langkah kecil yang bisa kamu coba:

1. Tulis 3 hal yang kamu rasa udah enggak lagi bikin kamu bertumbuh. Misalnya, kebiasaan sampai larut malam, hubungan yang bikin kamu overthinking terus (entah pertemanan atau pasangan).

2. Tanya ke diri sendiri: kenapa kamu masih mempertahankan itu? Apakah karena takut sendirian? Takut dibilang gagal? Takut nggak validasi orang lain?

3. Bayangin hidup kamu tanpa hal itu. Apakah lebih ringan? Apakah ada ruang buat sesuatu yang baru?

4. Buat komitmen kecil. Misalnya, minggu ini kamu kasih jarak dulu dari orang yang bikin kamu lelah, atau kamu belajar bilang “enggak” tanpa merasa bersalah.

Baca juga:Ternyata Ini Alasan Self Love Sulit Diterapkan Perempuan

Kurban Emosional Adalah Wujud Cinta ke Diri Sendiri

makna kurban, belajar ikhlas, kurban emosional
Sumber: Pexels

Kalau biasanya kurban dilakukan untuk mendekatkan diri ke Tuhan, kurban emosional bisa jadi cara untuk mendekatkan diri ke diri sendiri. 

Melepaskan bukan berarti menyerah, tapi mengikhlaskan ruang yang tadinya penuh beban supaya bisa diisi hal-hal yang lebih selaras dan buat kamu lebih bahagia (walaupun sedikit dulu).

Momen refleksi Idul Adha ini bisa jadi titik balik untuk kita, buat hidup lebih ringan, lebih jujur, dan lebih damai.

Ingat ya, kamu nggak harus langsung tahu apa yang harus dilepas hari ini. It’s okay kalau prosesnya pelan, yang penting, kamu punya niat buat lebih jujur sama diri sendiri.

Di tengah semua perayaan, jangan lupa, kalau momen Idul Adha juga tentang kamu. Tentang bagaimana kamu mencintai dirimu cukup besar untuk melepaskan apa yang sudah nggak lagi sejalan.

Selamat Idul Adha dan selamat merefleksikan diri!

Kalau kamu mau tahu info soal lifestyle lainnya, yang relate sama kamu, silakan join Girls Beyond Circle ya, karena disana kamu akan banyak dapatin info soal lifestyle, self growth, karier dan masih banyak lagi!

Comments

(0 comments)

Sister Sites Spotlight

Explore Girls Beyond