
Jadi Pemicu Deforestasi, Ini Alasan Pohon Kelapa Sawit Enggak Bisa Gantikan Hutan
Selain jadi tempat tinggal manusia atau pembangunan lain yang bersifat non-alam, pohon kelapa sawit menjadi salah satu alasan di balik peralihan fungsi lahan hutan. Dalam penelitian di Riau oleh Program Studi Konservasi Biodiversitas Tropika, Fakultas Kehutanan dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor, menyebutkan bahwa adanya peningkatan kelapa sawit yang sangat pesat.
Peningkatan ini berpotensi mengubah tutupan lahan melalui konversi lahan yang dapat memicu deforestasi. Namun perbedaan persepsi tentang definisi istilah itu sendiri memberikan berbagai kesimpulan berbeda tentang dampak kelapa sawit terhadap deforestasi. Sementara itu, menurut National Geographic Indonesia, deforestasi adalah penebangan hutan yang sebagian besar terjadi di daerah tropis, salah satunya di Indonesia.
Hutan enggak cuma sekumpulan pohon, tetapi juga tempat bagi para satwa untuk menetap dan berkembang biak. Hubungan antara hutan dan satwa begitu erat karena mereka saling bergantung. Kehadiran satwa selalu menjalankan ekosistem hutan dengan aktivitasnya. Pastinya kita juga enggak mau kalau tempat tinggal kita diambil sebagaimana hutan “diambil” dari para satwa.
Penanaman pohon kelapa sawit yang masif sampai menggantikan fungsi hutan dapat memicu terjadinya deforestasi. Alam bukan satu-satunya korban deforestasi, tetapi kita sebagai manusia juga ikut terdampak. Yuk intip alasan kenapa pohon kelapa sawit enggak cocok jadi tanaman hutan, apalagi sampai menggantikan fungsinya!
Baca juga: Keunikan Bunga Rafflesia Hasseltii yang Ditemukan di Sumatera Setelah 13 Tahun Penantian
Alasan Hutan Enggak Boleh Diganti Pohon Kelapa Sawit

Peralihan fungsi lahan hutan ke perkebunan kelapa sawit enggak bisa dilakukan secara masif. Berikut alasan kenapa kelapa sawit enggak boleh jadi tanaman hutan.
1. Satwa Kehilangan Tempat Tinggal

Sebuah studi menunjukkan penurunan kekayaan spesies serangga hingga sekitar 40%. Selain itu, satwa langka dan ikonik seperti orangutan Kalimantan, badak Sumatera, dan gajah Kalimantan kehilangan habitatnya. Situasi dapat berakibat fatal bagi populasi satwa hingga terancam punah jika fungsi hutan dialihfungsikan untuk penanaman pohon kelapa sawit secara masif.
Satwa yang kehilangan habitat aslinya akan mencari tempat tinggal baru karena hutan telah digantikan. Dikutip National Geographic Indonesia, jurnalis foto Aaron ‘Bertie’ Gekoski mengambil dokumentasi terkait situasi serupa saat melakukan misi dengan Unit Penyelamatan Satwa Liar Sabah di Asia Tenggara. Dia menyebutkan bahwa gajah diburu dan dibunuh oleh para pekerja perkebunan karena dianggap menyebabkan kerusakan.
2. Perubahan Iklim

Marian Swain, seorang Energy Policy Analyst dari Commonwealth of Massachusetts, menulis pada laman The Breakthrough Institute tentang kontribusi pohon kelapa sawit terhadap perubahan iklim. Kehilangan hutan di Indonesia dapat melepaskan karbon dioksida ketika pohon-pohon tersebut ditebang dan dibakar. Hal serupa juga terjadi ketika tanah gambut dikeringkan atau dibakar.
Selain itu, emisi gas rumah kaca berasal dari emosi hutan dan peralihan fungsi lahan. Jika dihitung, sumber emisi gas rumah kaca hampir menyentuh angka 60% dari total emisi yang ada. Tentunya fakta ini menjadikan Indonesia masuk ke dalam 10 besar negara penghasil emisi global.
Baca juga: Hiasi Jakarta sampai Surabaya, Ini Fakta Unik Bunga Tabebuya
Cara Kembalikan Fungsi Hutan

Deforestasi mengakibatkan hilangnya fungsi hutan yang seharusnya dapat menjadi nyawa bagi kehidupan lingkungan. Namun bukan enggak mungkin untuk mengembalikan fungsi hutan meskipun butuh waktu lama.
1. Reboisasi

Reboisasi selalu menjadi nomor satu kalau ngomongin cara mengembalikan fungsi hutan. Namun, reboisasi sendiri enggak cuma tanam-tanam pohon dalam jumlah banyak dan selesai tanpa ada perawatan lebih lanjut.
Mengembalikan sebuah hutan yang pernah gundul karena deforestasi tentunya enggak cuma memakan waktu 1-2 kali tanam. Selain mengembalikan fungsi hutan, tindakan reboisasi juga harus diikuti tujuan untuk mengembalikan habitat asli satwa sebagaimana mestinya. Of course, tugas ini enggak gampang karena menjaga hutan adalah tanggung jawab kita semua.
2. Tebang Pilih

Mengutip dari detikEdu, sistem tebang pilih bisa digunakan sebagai tindakan preventif dan “alat bantu” dalam menyortir jenis-jenis pohon yang sudah tidak bisa berkembang lagi. Jenis pohon tersebut biasanya dilihat dari usia dan tinggi pohon.
Apabila pohon sudah tua dengan diameter cukup tinggi, pohon sudah bisa ditebang. Penerapan sistem tebang pilih ini memberikan kesempatan dan ruang bagi pohon yang lebih muda untuk bertumbuh dan berkembang.
3. Tebang Tanam

Sistem tebang tanam masih berhubungan dengan sistem tebang pilih. Ketika pohon yang sudah tua akan ditebang, kita perlu menggantikannya dengan tunas baru. Hal ini bertujuan untuk menjaga emisi karbon stabil sekaligus melestarikan hutan.
Deforestasi telah memakan banyak korban yang enggak cuma hutan itu sendiri, tetapi juga kehidupan manusia dan satwa yang hidup di sekitarnya. Hutan memiliki fungsi yang cukup krusial bagi kelangsungan hidup semua makhluk hidup, sehingga harus dijaga kelestariannya.
Baca juga: Santai di Ibu Kota Tanpa Batas Waktu: Cek 5 Taman Jakarta yang Buka 24 Jam Ini!
Kamu bisa mendapatkan informasi lain yang edukatif lewat Girls Beyond Circle. Gabung di sini untuk belajar banyak hal dan nambah wawasan kamu!
Comments
(0 comments)