5 Gangguan Kesehatan Mental Mahasiswa yang Perlu Diwaspadai
Kesehatan mental mahasiswa kini menjadi sorotan penting di tengah kehidupan kampus yang penuh tekanan.
Banyak dari mereka harus menghadapi tuntutan akademis yang tinggi, yang kadang berakhir pada masalah kesehatan mental yang serius.
Kasus-kasus bunuh diri yang melibatkan pelajar semakin sering terdengar, dan ini menunjukkan betapa pentingnya memahami gangguan kesehatan mental yang mereka alami.
Dalam artikel ini, Girls Beyond akan membahas berbagai bentuk gangguan kesehatan mental yang sering dialami oleh mahasiswa. Simak sampai habis!
Baca juga: Mahasiswa Unair Tewas dalam Mobil, Ini 5 Hotline Bunuh Diri yang Penting Diingat!
Procrastination
Pernah merasa malas hingga menunda tugas kampus? Jika ini menjadi kebiasaan yang terus berulang dan sulit dihentikan, kamu mungkin sedang mengalami prokrastinasi.
Prokrastinasi adalah perilaku menunda-nunda pekerjaan hingga mendekati tenggat waktu, atau bahkan melewati batas waktu.
Gangguan kesehatan mental mahasiswa ini seringkali mencari-cari alasan untuk menunda tanggung jawab mereka, dan justru mengalihkan fokus ke hal-hal seperti bermain handphone, menonton film, atau nongkrong dengan teman.
Mereka beranggapan bahwa melakukan hal-hal tersebut akan membangkitkan semangat untuk mengerjakan tugas, namun seringkali berakhir dengan penyesalan.
Menurut Very Well Mind, penelitian menunjukkan bahwa penundaan sangat umum terjadi di kalangan pelajar, dengan sekitar 75% dari mereka menunda pekerjaan secara teratur.
Beberapa penyebab procrastination:
- Depresi.
- Perasaan putus asa.
- Kekurangan energi (membuat sulit memulai dan menyelesaikan.
- Obsessive-Compulsive Disorder (OCD).
- Attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD).
Burnout
Ketika mahasiswa dihadapkan pada tugas yang terus menerus dan tuntutan organisasi yang tak kunjung henti, kondisi ini seringkali memicu burnout.
Burnout adalah kelelahan fisik, emosional, atau mental yang terjadi akibat stres berkepanjangan dari menumpuknya tugas dan tanggung jawab.
Orang yang mengalami burnout sering kali merasa kehilangan semangat dan kreativitas. Jika biasanya kamu penuh dengan ide-ide segar dan bersemangat mengerjakan tugas, burnout dapat membuatmu merasa terjebak, lelah, dan kesulitan menemukan inspirasi.
Jika tidak ditangani, gangguan kesehatan mental mahasiswa ini dapat mengganggu produktivitas dan pada akhirnya memengaruhi prestasi akademikmu.
Beberapa penyebab burnout:
- Beban tugas yang terlalu berat dan terus-menerus.
- Sikap perfeksionis yang membuatmu merasa harus mengendalikan setiap aspek tugas.
- Gaya hidup yang tidak seimbang, di mana waktu untuk diri sendiri tidak diperhatikan atau diabaikan.
Baca juga: Apa itu Burnout? Kenali Penyebab, Ciri-ciri dan Cara Mengatasinya
Gangguan Kecemasan/Anxiety Disorder
Gangguan kecemasan, atau anxiety disorder, adalah kondisi mental di mana penderitanya merasakan ketakutan dan kecemasan yang berlebihan, sering kali tanpa alasan yang jelas.
Anxiety ini bisa muncul dalam berbagai bentuk, seperti gangguan kecemasan umum, fobia spesifik, hingga gangguan kecemasan sosial.
Orang yang mengalami anxiety biasanya menunjukkan gejala fisik seperti jantung berdebar, keringat dingin, dan rasa panik yang intens.
Gangguan kesehatan mental mahasiswa ini bukan sekadar rasa gugup menjelang ujian atau presentasi, tapi sesuatu yang lebih dalam dan berlarut-larut, sehingga membuat sulit menjalani hari dengan normal dalam jangka waktu yang panjang.
Berbeda dari rasa cemas biasa yang bisa hilang seiring waktu, anxiety menetap dan sering kali memburuk, bahkan ketika faktor pemicunya sudah hilang. Perasaan cemas ini bisa tiba-tiba muncul tanpa alasan yang jelas, membuat penderitanya merasa tak berdaya.
Beberapa penyebab anxiety disorder:
- Faktor genetika (keturunan).
- Stres berat dan berkepanjangan.
- Faktor media sosial.
- Perubahan di area otak yang disebut amigdala.
- Ketidakseimbangan kimia antara neurotransmitter dan hormon tertentu.
Gangguan Makan/Eating Disorder
Menurut Psychiatry, gangguan makan, atau eating disorder, adalah masalah kesehatan mental yang memengaruhi hingga 5% dari populasi berusia 18-21 tahun, dan paling sering muncul pada masa remaja serta dewasa muda.
Dua bentuk gangguan makan yang paling dikenal adalah anoreksia nervosa, di mana penderitanya terobsesi untuk menjadi kurus, dan bulimia nervosa, di mana mereka makan dalam porsi besar lalu memuntahkan makanan tersebut. Kedua kondisi ini lebih umum terjadi pada wanita.
Gangguan kesehatan mental mahasiswa ini ditandai oleh perubahan perilaku, pikiran, dan perasaan yang ekstrem terhadap berat badan, bentuk tubuh, dan pola makan. Sering kali, gangguan makan ini juga muncul bersamaan dengan masalah kesehatan mental lainnya, seperti gangguan suasana hati, gangguan kecemasan, gangguan obsesif-kompulsif, serta masalah terkait penggunaan alkohol dan zat.
Beberapa penyebab gangguan makan:
- Faktor genetik.
- Gangguan hormonal.
- Sikap perfeksionis, terutama terkait penampilan dan bentuk tubuh.
- Ketidakpuasan terhadap citra tubuh.
- Pengalaman gangguan kecemasan.
- Faktor sosial lingkungan, seperti stigma berat badan dan ejekan dari orang-orang di sekitar.
Baca juga: Sama-sama Gangguan Makan, Ini Perbedaan Anoreksia dan Bulimia
Depresi
Gangguan kesehatan mental mahasiswa terakhir yang sering dialami adalah depresi. Depresi adalah gangguan mental yang ditandai oleh perasaan sedih berkepanjangan, kehilangan minat dalam aktivitas yang biasanya disukai, serta perubahan dalam pola tidur, nafsu makan, dan tingkat energi.
Masalah ini bisa muncul dari berbagai faktor, termasuk lingkungan perkuliahan yang sering dianggap berat.
Mahasiswa tingkat akhir, khususnya, seringkali menjadi korban depresi saat menghadapi tuntutan menyelesaikan skripsi. Mengatur waktu antara riset, penulisan, dan kegiatan lainnya bisa menjadi tantangan yang besar.
Selama proses ini, mahasiswa cenderung menghabiskan lebih banyak waktu sendiri, mengurangi interaksi sosial, dan isolasi ini bisa memperburuk perasaan depresi yang mereka alami.
Beberapa penyebab depresi:
- Tuntutan akademik yang tinggi, yang dapat menyebabkan stres berlebihan.
- Kecemasan akibat transisi kehidupan, seperti beradaptasi dengan lingkungan baru, menjalin hubungan sosial, dan merencanakan masa depan.
- Isolasi sosial atau kesulitan dalam membangun hubungan dengan teman-teman, yang dapat memperburuk rasa kesepian dan depresi.
- Masalah keuangan, seperti biaya kuliah, biaya hidup, dan utang, yang dapat menambah stres dan kekhawatiran.
- Kecemasan tentang karir, pekerjaan, dan masa depan, yang sering kali menciptakan tekanan emosional yang berat.
Baca juga: 3 Faktor Penyebab Gangguan Mental yang Banyak Ditemukan
Meskipun ada berbagai gangguan kesehatan mental mahasiswa, penting untuk diingat bahwa melakukan self-diagnose tidaklah disarankan. Tidak semua perasaan yang kita alami harus langsung dikaitkan dengan gangguan kesehatan mental.
Jika kamu mulai merasakan gejala-gejala yang mengganggu keseharianmu, segeralah berkonsultasi dengan profesional. Dengan penanganan yang tepat, kamu bisa mengatasi masalah tersebut sedini mungkin dan kembali menjalani kehidupan mahasiswa dengan lebih baik.
---
Gabung Girls Beyond Circle untuk dapatkan informasi menarik lainnya seputar kesehatan mental.
Cover: Pexels