gagal menampilkan data

Article

Ketika Hidup Tak Sesuai Naskah: Natasha Rizky, Rahne Putri, dan Greysia Polii Berbagi Pelajaran Berharga di Talkshow Hari Menjadi Manusia 2025

Written by Adila Putri Anisya

Jakarta, 1 Agustus 2025, suasana hangat menyelimuti The Hall Ballroom Senayan City pada gelaran Hari Menjadi Manusia 2025. 

Dipandu oleh moderator Devina Mahendriyani, Head of Girls Beyond, dengan tiga sosok inspiratif, Natasha Rizky (artis dan penulis), Rahne Putri (energy & wellness facilitator), dan Greysia Polii (peraih medali emas Olimpiade), berbagi kisah pahit manis perjalanan hidup mereka. 

Talkshow ini jadi ajang berbagi cerita dan refleksi kita, sebagai manusia, untuk “legowo” dengan perubahan, penerimaan kenyataan, dan keberanian untuk terus melangkah, bahkan ketika tujuan bergeser dari naskah awal.

Mengawali sesi, Devina menyapa hadirin dengan pertanyaan yang menyentuh hati: “Ada yang merasa rileks dengan apa yang baru saja dibacakan oleh tiga narasumber kita tadi?” Mayoritas tangan terangkat, menandakan resonansi yang kuat. 

Pasti ada yang merasa pernah hidup di persimpangan juga? Apa lagi? Sedang merasa?” Pertanyaan ini membawa audiens pada perjalanan merefleksikan diri bersama para narasumber.

Baca juga: 5 Cara Mengenal Diri Sendiri untuk Memahami Potensimu 

Natasha Rizky: Ketika Rencana Bergeser, Hidup Tetap Berjalan

Ketika Hidup Tak Sesuai Naskah Hari Menjadi Manusia 2025
Sumber foto: Instagram.com/menjadimanusia.id

Natasha Rizky membuka kisahnya dengan latar belakang keluarga yang disiplin, menanamkan kemandirian sejak dini. “Pola didik kedua orang tua aku itu lumayan sangat-sangat disiplin, jadi bisa dibilang saklek lah gitu.  Sampai akhirnya aku dididik untuk ketika mau sesuatu itu harus mengusahakan sendiri dan tidak bergantung sama pihak lain,” kenangnya. Sejak kelas 6 SD, Natasha harus bekerja keras untuk menopang diri dan ibunya, sebuah tuntutan yang ia hadapi dengan tekad kuat.

Titik balik datang di tahun 2008 ketika ia mengikuti ajang modeling. Dari sana, pintu dunia hiburan terbuka lebar, mengubah hidupnya secara drastis. Ia menjajal berbagai bidang, dari akting hingga menyanyi. Namun, perjalanan hidup tak selalu mulus. 

Menikah di usia 19 tahun, ia merasakan fase kehidupan yang baru dengan segala dinamikanya, hingga kini menjadi seorang ibu tunggal dengan tiga anak. “Semua itu gak ada yang lebih indah daripada pengalaman Allah buat aku dan dengan segala hikmah yang perjalanan yang sangat besar buat aku dan kasihnya untuk keluarga aku,” ucap Natasha penuh syukur.

Ia menutup ceritanya dengan sebuah pelajaran berharga: “Ketika banyak ambisi-ambisi yang begitu banyak yang terlewati yang tidak bisa sepenuhnya aku ikuti dalam hidup aku, aku menyadari bahwa manusia benar-benar hanya bisa berencana dan berikhtiar maksimal. Tapi segala sesuatunya ada di atas tangan Tuhan. Dan kita hanya bisa mengikuti ritmenya.” Sebuah pengingat yang kuat bahwa ikhtiar manusia adalah batas, sisanya adalah ketetapan Ilahi.

Baca juga:  Cara Meditasi yang Benar Agar Manfaat yang Diperoleh Lebih Maksimal! 

Rahne Putri: Berawal dari Perantau dan Sandwich Generation Menjadi CMO di Startup

Ketika Hidup Tak Sesuai Naskah Hari Menjadi Manusia 2025
Sumber foto: Instagram.com/menjadimanusia.id

Rahne Putri, seorang perantau dari luar Jakarta, berbagi pengalaman hidup yang tak kalah menyentuh. “Saya merantau 15 tahun kurang lebih di Jakarta. Saya datang sendirian, membawa bekal mimpi dan cita-cita untuk membahagiakan orang tua,” ujarnya. 

Trauma finansial di masa lalu mendorongnya untuk bekerja keras, bahkan hingga melupakan diri sendiri. “Niat itu tuh jadi sangat ekstrem sehingga aku melupakan diri aku sendiri,” aku Rahne.

Ia sempat berada di puncak karier sebagai CMO di sebuah startup, merasakan gaji besar dan pengakuan. Namun, ia menyadari bahwa kebahagiaan sejati tidak hanya diukur dari angka di rekening bank. “Trauma finansial tentang uang ini sangat mengakar sama diri saya, sehingga bikin saya merasa tidak akan berhasil,” katanya. Dua tahun lalu, ia memutuskan untuk mengambil langkah berani: mengundurkan diri.

Keputusan itu, yang bagi sebagian orang mungkin “gila,” didasari oleh keinginan untuk menemukan arti kestabilan hidup yang sebenarnya. “Bagi saya, stabil bukan tentang angka resmi, tapi stabil adalah bagaimana saya selalu bisa percaya sama diri saya sendiri dan bagaimana Tuhan dan orang-orang yang saya bahagiakan juga selalu percaya sama diri saya,” jelas Rahne. 

Kini, ia berprofesi sebagai wellness practitioner, pekerjaan yang merupakan cita-cita masa kecilnya. Ia menemukan kebahagiaan dalam berkontribusi bagi banyak orang, membuktikan bahwa rezeki juga datang dari kebahagiaan, bukan hanya ketakutan.

Greysia Polii: Dari Hanya Sebuah Angan-Angan Menjadi Kenyataan

Ketika Hidup Tak Sesuai Naskah Hari Menjadi Manusia 2025
Sumber foto: Instagram.com/menjadimanusia.id

Greysia Polii, peraih medali emas Olimpiade, menutup sesi perkenalan dengan kisah inspiratif tentang bakat, tekad, dan pertolongan Tuhan. Sejak usia 5 tahun, bakat bulutangkisnya terlihat jelas. Ibunya yang seorang ibu tunggal dan memiliki keterbatasan finansial, mendukung penuh mimpinya. 

Di usia 8 tahun, ia memutuskan untuk merantau ke Jakarta demi mengejar karier di bulutangkis. “Di usia 11 tahun saya bercita-cita untuk masuk asrama untuk beasiswa,” kenangnya.

Puncak mimpinya adalah menjadi juara Olimpiade di ganda putri, sebuah visi yang kala itu dianggap “gila” mengingat sejarah bulutangkis Indonesia yang lebih dominan di tunggal putri dan ganda campuran. “Waktu itu China, dalam 20-30 tahun belakangan mereka selalu menjadi juara. Mereka hal yang sulit dikalahkan, sangat-sangat sulit,” kata Greysia. Namun, tekadnya tak tergoyahkan. Perjalanan panjang dari masuk pelatnas di tahun 2003 hingga meraih medali emas di tahun 2021 membutuhkan waktu 20 tahun.

Segala sesuatu itu waktu kita lagi proses menjadi manusia memang itu gak mudah, manusia seutuhnya ya,” ia merenung. Greysia percaya, jika mimpi itu untuk banyak orang, Tuhan akan menunjukkan jalannya. Ia bangga karena Indonesia, bersama Tiongkok, menjadi negara dengan prestasi bulutangkis terlengkap di Olimpiade. “Mungkin bukan cuma buat saya, tapi untuk bangsa itu,” tuturnya haru.

Baca juga: Fakta & Perjalanan Karier Pesenam Indonesia Rifda Irfanaluthfi: Perempuan Inspiratif Raih Berbagai Juara Olimpiade 

Barang Masa Kecil dan Memori yang Menguatkan Perjalanan Hidup

Sesi berikutnya membawa nuansa baru, ketika para narasumber diminta membawa satu barang atau memori yang mengingatkan mereka pada masa kecil. 

Rahne Putri membawa celengan. “Saya kayaknya hidupnya waktu pas datang ke Jakarta tuh isinya uang terus kayaknya gimana bikin uang banyak-banyak. Gimana saya menyamakan uang sama dengan kebahagiaan,” jelas Rahne. Celengan ini menjadi pengingat tentang perjuangannya mengejar stabilitas finansial, hingga akhirnya ia menyadari bahwa kebahagiaan sejati tidak bisa diukur hanya dengan uang.

Natasha Rizky menunjukkan piala ajang modeling Sampul tahun 2008. “Inilah salah satu di mana aku akhirnya merubah hidup aku,” ujarnya. Piala ini menjadi simbol awal perjalanannya di dunia hiburan, memicu ambisinya untuk mengeksplorasi berbagai bakat. Menariknya, di tengah banyaknya finalis yang menampilkan bakat menyanyi atau bermain musik, Natasha memilih membacakan puisi. “Sebenarnya aku bisa aja milih nyanyi… Tapi pas aku lihat kok kayak orang semua nyanyi, semua nyanyi bakatnya. Jadi ini mungkin gue puisi aja gitu,” kenangnya. Keputusan yang berani itu justru membawanya meraih juara, menandakan bahwa keberanian untuk berbeda bisa membuka jalan menuju kesuksesan.

Terakhir, Greysia Polii membawa sebuah buku. Bukan barang masa kecil, melainkan sebuah hadiah untuk mendiang kakaknya. Kakaknya, yang 17 tahun lebih tua, adalah sosok pengganti ayah baginya. Saat Greysia dilanda cedera dan putus asa di usia 19 tahun, sang kakak berpesan agar ia menulis buku. “Justru yang lagi ini nih, lu sekarang ini, lu harus ceritain prosesnya,” ingat Greysia. Buku ini akhirnya terwujud setelah ia meraih medali emas Olimpiade, menjadi cerminan perjalanan hidupnya yang sarat makna.

Dalam bukunya, Greysia membagikan empat nilai penting:

  • Clarity to vision: Memiliki visi yang jelas sejak dini.
  • Commitment and grit: Komitmen dan kegigihan di tengah ketidakpastian.
  • Support system: Dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekat.
  • Unseen hands: Pertolongan Tuhan yang tak terlihat.

Baca juga: 7 Buku Self Improvement Terbaik yang Wajib Kamu Baca di 2025 

Pertolongan-pertolongan yang saya bilang itu tangan Tuhan yang gak pernah terlihat, yang membawa kita sampai pada akhirnya kita bisa jadi seseorang, kita bisa jadi manusia yang berguna buat keluarga, buat bangsa ini,” ungkap Greysia.

Talkshow ditutup dengan penayangan video inspiratif berjudul “Menembus Garis Batas.” Greysia Polii menegaskan pentingnya menyadari kemampuan diri dan terus berkembang untuk melewati setiap tantangan hidup. “Mengapa kita harus menembus garis batas? Karena aku merasa, bukan cuma aku, tapi kita semua di sini punya tantangan dalam kehidupannya masing-masing,” katanya dalam video.

Ia menekankan perlunya visi yang jelas, tekad yang kuat, dan kesadaran bahwa kita membutuhkan dukungan orang lain. “Sewaktu kita sudah memberikan yang terbaik, Tuhan pasti akan buka jalan,” pungkasnya. 

Medali emas Olimpiade bukanlah akhir dari perjuangannya, melainkan awal dari kerinduan untuk menularkan semangat juang ini kepada lebih banyak orang, demi mewujudkan Indonesia Emas 2045.

Baca juga: Cara Menikmati Hidup di Usia 20-an Agar Tidak Menyesal di Masa Depan 

Kisah-kisah inspiratif dari Natasha, Rahne, dan Greysia di Hari Menjadi Manusia 2025 menjadi pengingat bahwa perjalanan hidup adalah sebuah proses yang dinamis. 

Ada saatnya kita harus berdamai dengan kenyataan yang tak sesuai rencana, berani mengambil jalan yang berbeda, dan percaya bahwa setiap langkah, meski penuh liku, akan membentuk kita menjadi manusia seutuhnya.

Gabung discord Girls Beyond Circle untuk dapatkan insight menarik lainnya!

Comments

(0 comments)

Sister Sites Spotlight

Explore Girls Beyond