Tren Terbaru, Soft Life: Pengganti Hustle Culture, Ini Penjelasannya!
Tren soft life, atau yang sering disebut sebagai “kehidupan yang lembut”, dapat dianggap sebagai pengganti hustle culture, di mana seseorang mengabdikan hidupnya untuk bekerja tanpa memberikan waktu untuk kehidupan pribadi.
Berlawanan dengan hustle culture, konsep soft life mengacu pada pendekatan yang lebih santai dan sederhana tidak terbebani stres dan tanggung jawab.
Tren ini menjadi viral di media sosial sejak dipopulerkan content creator asal Nigeria. Awalnya, tren ini diterapkan oleh perempuan berkulit hitam yang sejak dahulu mengalami tekanan akibat rasisme dan marginalisasi.
Tren soft life ini diwujudkan sebagai tindakan “penolakan” terhadap stereotip tersebut, dengan harapan agar mereka dapat hidup dengan damai, nyaman, dan bebas dari stres.
Baca juga: Bekerja Secukupnya dengan Quiet Quitting
Mengenal Tren Soft Life
Dilansir dari Dictionary.com, tren soft life adalah gaya hidup yang nyaman dan santai dengan sedikit tantangan atau stres.
Dalam konteks pekerjaan, ini berbeda dengan hustle culture yang menekankan kerja keras tanpa henti, soft life mengajarkan kita untuk lebih memperhatikan kebutuhan diri sendiri dan menikmati hidup dengan lebih santai tanpa terlalu fokus dalam karier hingga melupakan kesejahteraan hidup.
Pada dasarnya, soft life adalah tentang hidup lebih sederhana dan menikmati momen kecil dalam hidup.
Tren ini menekankan pentingnya menjaga kesehatan fisik dan mental, menghabiskan waktu dengan orang yang kita sayangi, serta melakukan hal-hal yang kita sukai.
Semenjak tren soft life populer di media sosial, terutama TikTok, banyak pengguna yang mulai menggunakan tagar #softlife atau #softlifeera yang sekarang sudah mencapai lebih dari 1 miliar postingan di TikTok.
Dalam setiap postingan tersebut, mereka menampilkan kehidupan yang damai dan nyaman, mulai dari menikmati waktu makan sebelum ke kantor, mengonsumsi makanan sehat, hingga memastikan tidur yang cukup.
Tetapi bukan hanya sekedar itu saja, sebagaimana yang dikutip dari The Independent, soft life tentang menjalani hidup sesuai dengan keinginan kita, termasuk dalam karier, bisnis, dan kesejahteraan secara holistik, yang dimulai dari memiliki mindset bahwa kita layak untuk menjalani kehidupan yang lembut.
Penting untuk dipahami bahwa kehidupan lembut ini bukanlah tentang materialisme atau kekayaan yang biasanya diasosiasikan dengan kehidupan santai. Tetapi, ini tentang kehidupan sehari-hari yang santai, kedamaian, dan kehidupan yang lambat.
Baca juga: Susah Mencari Work-Life Balance? Cobain Work-Life Integration!
Kenapa Banyak Orang yang Beralih ke Soft Life?
Dr. Evelyn Okpanachi menyatakan bahwa untuk memasuki era soft life, rata-rata seseorang cenderung mengalami unsur stres.
Pada dasarnya, tren ini bertujuan untuk menciptakan gaya hidup dengan stres minimal, dan kuncinya terletak pada penetapan batasan-batasan yang jelas.
Soft life berarti menerima hal-hal yang bermanfaat bagi kesejahteraan pribadi dan melepaskan hal-hal berdampak negatif.
Tren soft life menekankan bahwa setiap orang berhak untuk menjalani kehidupan yang lembut, dan hal ini merupakan hak yang harus dilaksanakan oleh semua orang. Namun, untuk mencapainya dibutuhkan usaha.
Bagi sebagian orang, menjalani gaya hidup soft life mungkin tidak mudah, terutama bagi mereka yang sebelumnya terbiasa dengan konsep hustle culture.
Baca juga: Work-life Harmony, Samakah dengan Work-life Balance? Simak Mana yang Lebih Menguntungkan
Langkah Menerapkan Tren Soft Life
Seperti yang telah dijelaskan, tren soft life tidak hanya tentang menjalani kehidupan yang nyaman dan santai. Namun, juga tentang cara menghargai dan meromantisasi sisi positif dan negatif dalam rutinitas sehari-hari.
Untuk menerapkan tren ini, terdapat beberapa langkah yang dapat diambil, antara lain:
Tetapkan Niat
Sebagaimana dilaporkan oleh The Zoe Report, Delilah Antoinette, pendiri administrator Black Girl’s Healing House menegaskan bahwa langkah pertama dalam mengarahkan hidup adalah niat yang kuat.
Kita menyadari bahwa perubahan seringkali bergantung pada niat yang jelas dan kuat, terutama ketika melibatkan perubahan gaya hidup.
Kebanyakan orang yang terbiasa dengan gaya hidup hustle culture, seringkali merasa bersalah ketika berusaha beralih ke gaya hidup yang lebih seimbang.
Mereka mungkin terbiasa mengesampingkan kebutuhan mendasar seperti makanan, tidur, bahkan waktu luang pada akhir pekan demi mengejar produktivitas dan kesuksesan.
Dengan menerapkan niat yang kuat, seseorang dapat membimbing diri mereka menuju perubahan yang diinginkan.
Salah satu metode yang efektif adalah dengan merumuskan daftar tujuan yang spesifik. Misalnya, jika seseorang bercita-cita mendapatkan pekerjaan yang fleksibel, dengan gaji yang tinggi, dan tingkat stres yang minimal, mencatat niat untuk mencapai tujuan tersebut dapat menjadi langkah awal yang kuat dan terarah.
Mencintai Diri Sendiri
Mencintai diri sendiri (self love) dianggap sebagai fondasi dari segala hal yang kita lakukan. Selain niat, self love merupakan komponen penting dalam tren soft life.
Setiap orang memiliki cara yang berbeda untuk melakukan praktik self-love. Sementara itu, Antoinette merekomendasikan praktik afirmasi positif kepada diri sendiri setiap hari, sambil menikmati perubahan yang terjadi dalam hidup.
Namun, perlu diingat bahwa afirmasi positif tidak selalu memberikan hasil yang sesuai dengan harapan. Oleh karena itu, usaha ini membutuhkan waktu dan dedikasi untuk mencapainya.
Beberapa contoh cara untuk menerapkan afirmasi positif dalam usaha mencintai diri sendiri adalah sebagai berikut:
“Saya mencintai diri saya apa adanya, dengan semua kelebihan dan kekurangan saya.”
“Saya menerima diri saya sepenuhnya, tanpa menghakimi atau membandingkan diri saya dengan orang lain.”
“Saya mempercayai kemampuan dan nilai diri saya, dan saya tahu bahwa saya layak mendapatkan hal-hal terbaik dalam hidup.”
Prioritaskan Kesejahteraan
Memprioritaskan kesejahteraan merupakan salah satu praktik dalam tren soft life yang menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan.
Praktik ini melibatkan pengalokasian waktu dan energi untuk merawat diri secara menyeluruh, termasuk aspek fisik, mental, dan emosional.
Ada berbagai cara untuk meningkatkan kesejahteraan kita, seperti mengonsumsi makanan bergizi, rutin berolahraga, meditasi, journaling, serta melakukan perawatan diri.
Kegiatan-kegiatan semacam ini dapat membantu kita merasa lebih rileks dan terhubung kembali dengan diri sendiri.
Secara keseluruhan, memprioritaskan kesejahteraan hidup akan membantu kamu mengelola stres, kecemasan, dan mempertahankan pola pikir positif.
Menetapkan Batasan yang Tegas
Salah satu tantangan dalam menjalani soft life adalah menciptakan batasan yang jelas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.
Pastikan untuk mengatur waktu dengan bijak dan memberikan waktu yang cukup untuk diri sendiri, teman, dan keluarga. Jangan biarkan pekerjaan mengambil alih seluruh hidup kita.
Berani berkata “tidak” dan menolak permintaan dengan cara yang baik adalah langkah untuk menetapkan batasan ini.
Jika kamu belum terbiasa dengan praktik ini, salah satu langkah kecil yang dapat diambil adalah dengan menggunakan dua handphone terpisah untuk keperluan pribadi dan kerja.
Cara ini membantu memisahkan kehidupan pribadi dan profesional, menghindari gangguan di luar jam kerja, dan mengurangi stres yang disebabkan oleh pikiran terus-menerus tentang pekerjaan.
Mengelilingi Diri dengan Lingkungan Positif
Lingkungan sekitarmu dapat berpengaruh pada gaya hidupmu. Ini berarti jika kamu berada di sekitar orang-orang yang menganut gaya hustle culture, kemungkinan besar kamu akan terdorong untuk mengikuti pola tersebut.
Oleh karena itu, disarankan untuk membangun hubungan dengan orang-orang yang juga menerapkan tren soft life.
Hal ini juga melibatkan mengelilingi diri dengan orang-orang yang memiliki pandangan positif, sehingga dapat menghabiskan waktu berkualitas bersama mereka, dan menjalin komunikasi yang terbuka dan positif.
Mengelilingi diri dengan lingkungan positif dapat mendukung kesejahteraan emosional dan mencapai keseimbangan hidup.
Dalam dunia yang terus bergerak cepat ini, menjalani tren soft life dapat menjadi alternatif yang menarik untuk menggantikan hustle culture.
Yuk, mulai praktikkan soft life dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu, kita dapat mencapai keseimbangan yang lebih baik antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, serta menikmati momen-momen kecil yang membuat hidup lebih berarti!
Baca juga: Sikap Ambisius dalam Berkarier, Termasuk Baik atau Buruk?
Sumber foto: Pexels