Fenomena Healing Pengaruhi Kesehatan Mental Gen Z: Bisa Berdampak Buruk?
“Fenomena healing” telah muncul sebagai pesan yang menghibur bagi kaum muda, terutama Gen Z, yang sering digambarkan sebagai generasi yang melek teknologi, kreatif, dan mandiri, tetapi juga mengalami tekanan emosional.
Saat media sosial menjadi wadah bagi orang-orang yang terjebak di rumah selama pandemi, banyak yang semakin terbuka tentang masalah kesehatan mental mereka, termasuk berbagi pengalaman di sana.
Banyak anak muda menganggap healing sebagai jalan keluar permasalahan mereka. Namun, benarkah fenomena healing benar baik untuk generasi Z?
Atau justru fenomena healing bisa berdampak buruk bagi mereka? Simak penjelasannya berikut ini.
Baca juga: 5 Buku Tentang Inner Child untuk Bantu Pulihkan Luka Masa Lalu
Gen Z Jadikan Fenomena Healing sebagai Solusi Masalah Mereka
Fenomena healing menjadi pesan yang menyemangati bagi kaum muda, terutama Gen Z, yang sering digambarkan sebagai generasi yang melek teknologi, kreatif, dan mandiri, tetapi juga mengalami tekanan emosional.
Pesan ini disampaikan melalui beragam konten dan bentuk dengan semangat positif.
Oleh karena itu, meningkatkan kesadaran tentang pentingnya kesehatan mental harus dilakukan di era pasca-pandemi melalui berbagai cara.
Kebutuhan akan layanan kesehatan mental bagi kaum muda akan terus meningkat.
Tidak sedikit dari generasi muda yang melakukan self-diagnosis dan fenomena healing tanpa bantuan profesional.
Baca juga: Cara Bijak Menghadapi Quarter-life Crisis, Fase untuk Perkembangan Diri
Pengetahuan Gen Z akan Mental Health Issues Bisa Jadi Bumerang
Generasi Z yang lebih sadar akan kesehatan mental dapat mengarah pada self-diagnosis dan terjun pada fenomena healing.
Banyak kaum muda masih berpikir bahwa self-healing berarti bepergian ke tempat-tempat mahal atau sekadar bepergian, yang menguras keuangan mereka.
Saat mereka merasa mengalami masalah kesehatan mental, kaum muda dapat dengan mudah mencari dan mengakses informasi melalui Internet.
Namun, sayangnya, internet bisa menjadi celah dalam kesehatan mental seseorang. Internet dapat terlibat dalam “validasi gangguan mental serius sebagai ‘normal’.”
Memiliki gangguan mental bukanlah sesuatu yang memalukan, tetapi seperti kondisi medis lainnya, penyakit mental tidak bisa diabaikan.
Mereka yang memiliki penyakit mental perlu didiagnosis dan dirawat sesuai dengan penyakit yang mereka derita melalui bantuan profesional.
Fenomena healing yang semakin luas bisa terjadi karena orang semakin sadar akan masalah kesehatan mental. Namun, ada juga bahaya self-diagnosing atau self-diagnosis.
Istilah self-healing, yang populer di kalangan anak muda saat ini sering kali disertai dengan pemenuhan kebutuhan self-care, tetapi juga bisa membawa risiko peningkatan stres dan beban yang meningkat.
dr. Jiemi Ardian, Sp.KJ, Psychiatrist mengatakan, “Healing itu paling enaknya sering dan pendek-pendek, daripada panjang, tapi jarang. Misalnya, bisa dilakukan dengan olahraga. Kita tidak mungkin lari seharian. Atau tamasya dengan waktu pendek, mengobrol di cafe. Ini merupakan aktivitas-aktivitas yang membuat segar.”
Generasi muda seringkali berpikir bahwa masalah kesehatan mental dapat diatasi dengan fenomena healing, misalnya pergi berlibur.
Hal ini tidak sepenuhnya salah, tetapi itu bukan satu-satunya cara untuk mengatasi masalah kesehatan mental.
Baca juga: Support System Adalah: Rahasia Jaga Kesehatan Mental, Ternyata Ini Manfaatnya!
Cara Melakukan Self-Healing
Self-healing adalah upaya pemulihan. Self-healing dapat dilakukan dengan berbagai cara, termasuk:
- Mindfulness
Mindfulness adalah kondisi di mana pikiran, perasaan, dan tubuh kita berada di saat ini, tidak mengembara ke masa lalu atau masa depan, dan tidak menghakimi.
- Guided Imagery
Tutup mata, kemudian bayangkan sesuatu yang menyenangkan, menggunakan berbagai modalitas seperti visual, auditori, dan kinestetik untuk membantu meningkatkan imajinasi.
Meskipun kenyamanan ini bersifat jangka pendek, guided imagery bisa menjadi pertolongan pertama psikologis dalam menghadapi kecemasan berlebih.
- Self-Talk
Berbicara pada diri sendiri dengan kalimat positif. Penting untuk diketahui bahwa emosi cenderung dipengaruhi oleh pikiran kita, di mana pikiran kita bergantung pada bagaimana kita menafsirkan sebuah peristiwa.
Kita perlu merevisi pikiran kita karena tinjauan positif akan meningkatkan kualitas emosi dan perasaan.
- Expressive Writing
Menuangkan pikiran dan perasaan yang dialami selama pandemi dalam bentuk tulisan.
Healing sangat terkait dengan kepercayaan diri karena konteks diri sangat penting dalam memotivasi kepercayaan diri seseorang.
Healing juga terkait dengan komunikasi intrapersonal karena terjadi dialog internal dalam ruang diri.
Membedakan Jenis Energi Pada Aktivitas
Aktivitas manusia terbagi menjadi dua, ada yang energi nourishing ada yang energi depleting. Energi nourishing adalah aktivitas yang meningkatkan energi.
Sementara, energi depleting adalah aktivitas yang dilakukan menghabiskan energi. Dalam satu hari, dua aktivitas ini harus seimbang.
“Jangan sampai sudah tidur tapi belum sempat melakukan aktivitas yang meningkatkan energi. Setiap orang melakukan energi nourishing yang berbeda-beda sehingga kita perlu menghafal apa saja yang meningkatkan energi kita untuk dilakukan setiap harinya. Jadi, pendek (aktivitas) namun sering,” tambah dr. Jiemi.
Komunikasi interpersonal memiliki peran dalam kegiatan fenomena healing, di mana fenomena healing dilakukan dengan memberikan respons positif, baik positif maupun negatif, terhadap informasi yang diterima.
Dalam hal ini, kaum muda perlu memiliki ketahanan diri yang baik dalam menghadapi dan menyelesaikan konflik; banyak yang masih menyimpan emosi dan masalah.
Alih-alih diselesaikan, masalah ini menyebabkan stres, ketidakstabilan emosional, kondisi abnormal, depresi, self-harm (melukai diri sendiri), dan bunuh diri (mengakhiri hidup). Dampak ini terjadi pada individu yang tidak dapat mengatasi masalah mereka, dan konflik dalam diri mereka meningkat.
Jadi, penting untuk mengenali masalah, mengatasi kesulitan, dan mencapai pemecahan masalah serta fenomena healing.
Baca juga: Tak Cuma Tambah Energi, Ada 5 Manfaat Sarapan Pagi Sebelum Mulai Bekerja
Sehat Mental Artinya Sehat Fisik
Kesehatan mental tidak kalah pentingnya dengan masalah kesehatan fisik; jika terganggu, dapat menyebabkan hal-hal negatif yang tidak diinginkan seperti masalah dengan kesehatan fisik.
Yang membedakan keduanya adalah gangguan kesehatan mental mengakibatkan perilaku menyimpang yang tidak diinginkan baik bagi diri sendiri maupun lingkungan sekitar.
Salah satu alasan peningkatan persentase gangguan mental adalah pengabaian terhadap kesehatan mental.
Penyimpangan perilaku ini tidak sepenuhnya diakui sebagai bentuk gangguan dalam individu dan sering terjadi ketika individu merasa baik-baik saja dengan dirinya sendiri, meskipun tanpa disadari mengalami masalah mental yang mungkin telah mencapai tahap atau fase kritis.
Penyimpangan ini diwujudkan dalam berbagai perilaku dan tindakan yang umumnya diterima di masyarakat (pemahaman); beberapa di antaranya distereotipkan sebagai bentuk gangguan mental.
Dampak dari self-diagnosis dapat menyebabkan seseorang mencocokkan gejala secara tidak tepat karena ternyata penyakit yang dideritanya berbeda.
Self-diagnosis juga dapat menyebabkan penderita tidak mau pergi ke ahli profesional karena merasa cemas dan takut terlebih dahulu. Gangguan kesehatan mental yang disebabkan oleh self-diagnosis dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
Dampak yang dirasakan oleh responden termasuk kecemasan berlebih, ketakutan terhadap hal-hal yang mungkin tidak terjadi, depresi, dan stres.
Jadi, sangat penting untuk memahami kesehatan mental guna meningkatkan kesadaran hidup sehat dari perspektif fisiologis dan psikologis.
Baca juga: Tren Cozy Cardio bagi yang Malas Olahraga, Efektifkah untuk Kebugaran Tubuh?
Tanda Seseorang Sehat Mental
Kesehatan mental dapat diartikan sebagai realisasi harmoni antara fungsi intelektual, psikomotorik, dan afektif serta kemampuan menghadapi masalah yang terjadi dan menyelesaikannya secara positif.
Tanda-tanda atau karakteristik seseorang yang sehat mental, menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 1959, seperti yang dikutip oleh Ade Masturi dan Asih Dewi Utami, adalah sebagai berikut:
- Dapat beradaptasi secara konstruktif dengan kenyataan, bahkan jika kenyataan itu buruk baginya.
- Mendapatkan kepuasan dari hasil kerja kerasnya.
- Merasa lebih puas memberi daripada menerima.
- Relatif bebas dari ketegangan dan kecemasan.
- Berhubungan dengan orang lain dengan saling membantu dan memuaskan.
- Menerima kekecewaan, tetapi kemudian menggunakan kekecewaan itu sebagai pelajaran untuk masa depan.
- Mengalihkan perasaan permusuhan menjadi solusi kreatif dan konstruktif.
- Memiliki rasa kasih sayang yang besar.
Generasi muda masih sering salah paham tentang arti fenomena healing. Usia muda saat ini tampaknya menghindari masalah atas nama fenomena healing.
Selama fenomena healing, mereka benar-benar merasa nyaman dalam kondisi bebas stres ini dan tidak segera kembali ke kehidupan nyata. Situasi seperti ini tidak menyelesaikan masalah. Mereka menambah banyak masalah karena meninggalkan pekerjaan yang perlu dilakukan. Fenomena healing bukan hanya sekadar berlibur.
Fenomena healing adalah proses menemukan identitas diri, memproses diri dari trauma masa lalu, memiliki konsep diri, memiliki pengaturan diri, menerima diri sendiri apa adanya, dan menentukan tujuan hidup.
Jadi, jangan terpaku dengan kegiatan tamasya yang menghamburkan uang, namun memilih kegiatan positif dan tenang seperti cara-cara di atas tadi. Semoga membantu.
Itulah penjelasan seputar fenomena healing yang bisa kamu ketahui.
Temukan teman untuk berdiskusi tentang fenomena ini dengan teman-teman di komunitas Girls Beyond Circle. Join sekarang!
Baca juga: Museum dan Galeri Seni di Indonesia buat Kamu yang Pengen Healing