Ditanya “Bisa Bekerja di Bawah Tekanan” saat Lamar Kerja? Ini Arti & Contoh Jawabannya
Saat mencari pekerjaan, kamu mungkin pernah menemukan syarat yang menyebutkan “bisa bekerja di bawah tekanan.” Apa, sih, maksud dari kalimat tersebut?
Nah, setiap pekerjaan memang punya tantangan dan tanggung jawab yang berbeda-beda. Ketika kamu melihat lowongan dengan syarat ini, artinya mereka sedang mencari seseorang yang bisa tetap tenang dan produktif meski dalam situasi yang penuh tekanan.
Penasaran lebih lanjut? Yuk, simak penjelasannya di bawah ini!
Baca juga: 6 Cara Riset Perusahaan Agar Tak Terjebak di Kantor yang Salah
Apa Arti dari ‘Bekerja di Bawah Tekanan’ saat Melamar Pekerjaan?
Sebenarnya, maksud dari kalimat bekerja di bawah tekanan adalah luas dalam berbagai aspek pekerjaan. Namun, secara umum, persyaratan ini bisa mengartikan beberapa hal berikut:
1. Beban Kerja yang Tinggi
Beban kerja atau workload yang tinggi seringkali menjadi arti dari “bekerja di bawah tekanan.” Ini berarti kamu harus menyelesaikan banyak pekerjaan dalam waktu terbatas, baik itu untuk diri sendiri maupun tim.
Terkadang, jobdesk yang kamu pegang begitu banyak sehingga rasanya sulit untuk fokus pada satu tugas saja. Kamu diharapkan bisa mengendalikan dan menyelesaikan semuanya, meskipun sebenarnya tugas-tugas tersebut seharusnya tidak hanya dibebankan pada satu orang.
Beban kerja yang tinggi ini, bisa membuat kamu merasa lelah, baik secara fisik maupun mental. Jika tidak dikelola dengan baik, tekanan tersebut bisa mengganggu produktivitas dan kesejahteraanmu.
2. Siap Memenuhi Target Penjualan
Beberapa posisi, seperti sales atau marketing, seringkali dibebankan untuk memenuhi target yang telah ditetapkan perusahaan.
Dalam hal ini, kamu akan “dipaksa” untuk bekerja keras mencapai target yang ditentukan. Contohnya, jika kamu bekerja di perusahaan retail, kamu mungkin ditargetkan untuk menjual 100 produk dalam sebulan.
Jika target ini tidak tercapai, gaji kamu biasanya hanya akan mencakup gaji pokok yang sudah disepakati, yang seringkali terbilang kecil.
Gaji yang lebih besar baru didapatkan melalui bonus penjualan. Hal ini tentu saja bisa memengaruhi performa kerja kamu, karena jika tidak mampu mencapai target, bisa saja kamu dinilai kurang baik oleh atasan.
3. Siap untuk Multitasking
Beban kerja yang tinggi seringkali mengharuskanmu untuk menjadi seorang multitasker. Multitasking berarti kamu harus mengerjakan beberapa tugas sekaligus dalam satu waktu.
Misalnya, saat kamu sedang fokus pada tugas A, kamu juga harus siap menyelesaikan tugas B, bahkan C. Hal ini tentu bisa mengganggu kualitas kerja masing-masing tugas yang sedang dikerjakan.
Bagi sebagian orang, kesulitan dalam multitasking bisa memicu stres dan tekanan yang cukup besar.
Bahkan, beberapa penelitian menyebutkan bahwa kebiasaan multitasking berlebihan bisa berdampak buruk bagi kesehatan otak.
Oleh karena itu, jika kamu memang diharuskan untuk multitasking, penting untuk memiliki strategi yang tepat.
Misalnya, dengan teknik time blocking atau pomodoro, kamu bisa lebih fokus dan mengatur waktu kerja dengan lebih efektif.
4. Lembur hingga Dini Hari atau Waktu Libur
Lembur adalah waktu kerja tambahan di luar jam kerja normal. Misalnya, jam kerjamu biasanya dari pukul 9 pagi hingga 5 sore, tapi seringkali kamu diminta untuk lembur hingga jam 1 pagi.
Meski lembur kadang diperlukan, jika hal ini terjadi terlalu sering, itu bisa menjadi tanda adanya masalah dalam budaya kerja di perusahaan tersebut.
Terlalu banyak lembur bisa berdampak buruk pada kesejahteraan karyawan, baik fisik maupun mental.
Sebenarnya, lembur bisa jadi tidak masalah jika dibayar sesuai waktu yang dihabiskan. Namun, beberapa perusahaan mungkin tidak membayar lembur meskipun hanya 1-2 jam tambahan. Hal inilah yang sebaiknya dihindari.
Bahkan lebih parah lagi, ada perusahaan yang meminta karyawannya bekerja di hari libur tanpa memberikan kompensasi atau pengganti hari libur.
Namun, ada beberapa jenis pekerjaan, seperti jurnalis, reporter, atau customer service, yang memang memiliki shift di weekend/hari raya dan memungkinkan lembur berbayar menjadi bagian dari pekerjaan mereka.
5. Bekerja di Luar Jobdesk
Saat melamar pekerjaan atau interview, kamu pasti sudah tahu gambaran apa saja yang akan jadi tugas utamamu selama bekerja.
Namun, kenyataannya tidak demikian. Kamu mungkin akan terjebak dalam tugas yang seharusnya bukan dikerjakan di posisimu.
Banyak perusahaan saat ini membuka lowongan dengan jobdesk yang tidak sesuai dengan posisi yang sebenarnya.
Contohnya, perusahaan A membuka posisi content writer, namun selain menulis, pelamar juga diminta untuk mahir dalam desain dan editing video.
Bayangkan, kamu diminta untuk mengerjakan banyak hal di luar keahlianmu, tetapi gaji yang diberikan tidak sesuai dengan banyaknya tanggung jawab yang diemban, Tentu saja, itu terasa tidak adil, bukan?
6. Deadline yang Sempit dan Fleksibel
Terkadang, pekerjaan menuntut kita untuk menyelesaikan tugas dengan deadline yang sangat ketat.
Seringkali, deadline ini diberikan secara mendadak dan harus segera diselesaikan, bahkan di luar jam kerja normal.
Kondisi ini tentu mengharuskan kamu untuk fleksibel, siap mengubah rencana kapan saja demi memenuhi target waktu.
Deadline yang terlalu sempit sering membuat kita bekerja dalam tekanan tinggi, apalagi jika tuntutan ini datang secara terus-menerus.
Bagi sebagian orang, situasi ini dapat memicu stres, mengganggu fokus, dan membuat pekerjaan terasa tidak pernah selesai.
Fleksibilitas memang penting, tetapi ketika deadline tidak realistis dan tidak terstruktur, keseimbangan kerja dan kehidupan pribadi bisa terganggu.
Jika kamu bekerja di lingkungan dengan deadline seperti ini, penting untuk memiliki strategi pengaturan waktu dan pengaturan prioritas yang baik.
Baca juga: 4 Trik Kerja Anti Lembur Paling Efektif, Jangan Mau Overwork!
Bagaimana Cara Menjawab “Apakah Siap Bekerja di Bawah Tekanan?”
Sebenarnya, pertanyaan ini cukup sederhana untuk dijawab karena jawabannya hanya berkisar pada “iya” atau “tidak”. Namun, jika kamu merasa ragu atau belum sepenuhnya paham tentang kondisi yang mungkin kamu hadapi di pekerjaan tersebut, sebaiknya pertimbangkan beberapa pertanyaan berikut ke HRD sebelum memberi jawaban:
1. “Bisa dijelaskan jenis tekanan seperti apa yang biasanya muncul di posisi ini?”
Ini akan membantu kamu memahami lebih jauh tentang jenis tekanan yang mungkin harus dihadapi, apakah itu deadline ketat, beban kerja tinggi, atau situasi lainnya.
2. “Apakah ada kompensasi apabila diharuskan untuk lembur?”
Penting untuk mengetahui apakah pekerjaan lembur akan dibayar atau diberikan kompensasi lainnya, agar kamu bisa mempertimbangkan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.
3. “Seberapa sering kondisi bekerja di bawah tekanan ini terjadi di posisi ini?”
Mengetahui frekuensi tekanan dalam pekerjaan ini akan memberi gambaran apakah itu terjadi hanya sesekali atau merupakan bagian rutin dari pekerjaan.
4. “Apakah perusahaan memiliki sistem atau strategi untuk mengelola beban kerja agar karyawan tetap bisa mencapai target secara efektif?”
Ini menunjukkan apakah perusahaan memiliki dukungan untuk membantu karyawan mengelola tekanan dan bekerja lebih efisien.
Jika setelah jawaban tersebut sesuai dengan kemampuanmu, kamu bisa dengan percaya diri menjawab “iya” dan menunjukkan kesiapanmu untuk bekerja di bawah tekanan.
Namun, jika setelah mendapatkan penjelasan kamu merasa tekanan yang ada tidak sesuai dengan kenyamananmu, kamu tetap bisa menjawab dengan jujur, bahwa kamu merasa tidak cocok dengan kondisi tersebut.
Baca juga: Hati-hati! Perhatikan 6 Contoh Red Flag Ini saat Pindah Perusahaan
Contoh Jawaban Bersedia Bekerja di Bawah Tekanan
Dilansir dari Indeed, menggunakan metode STAR (Situation, Task, Action, Result) adalah cara yang bagus untuk menjawab pertanyaan, “Apakah siap bekerja di bawah tekanan?”
Berikut adalah contoh jawaban yang bisa kamu gunakan:
“Di pekerjaan sebelumnya sebagai anggota tim pemasaran, kami sering menghadapi tenggat waktu yang ketat untuk kampanye besar, terutama ketika mendekati akhir kuartal. Salah satu kampanye paling penting yang saya kerjakan memiliki banyak detail yang harus diselesaikan dalam waktu singkat.
Saya bertanggung jawab untuk memastikan bahwa semua materi promosi selesai tepat waktu dan disetujui oleh manajemen, serta mengoordinasikan dengan beberapa tim lain seperti desain dan konten.
Untuk mengatasi tekanan tersebut, saya membagi tugas besar menjadi beberapa tahapan kecil, mengelola waktu dengan menggunakan teknik time-blocking, dan berkolaborasi erat dengan rekan satu tim untuk memastikan setiap aspek kampanye berjalan lancar. Saya juga meluangkan waktu untuk beristirahat secara teratur agar tetap produktif dan tidak burnout.
Hasilnya, kampanye berhasil diluncurkan sesuai jadwal, dan kami berhasil mencapai target yang telah ditetapkan perusahaan. Dari pengalaman itu, saya belajar bahwa dengan perencanaan dan manajemen stres yang baik, saya bisa bekerja secara efektif di bawah tekanan.”
Contoh Jawaban Tidak Bersedia Bekerja di Bawah Tekanan
Sumber foto: Pexels
Jika setelah berdiskusi kamu merasa kurang cocok dengan pekerjaan yang membutuhkan kerja di bawah tekanan, berikut contoh jawaban yang jujur namun tetap profesional:
“Setelah mendengar lebih lanjut tentang pekerjaan ini, saya menyadari bahwa beban kerja dan tekanan yang dijelaskan mungkin lebih besar dari yang saya harapkan. Saya lebih merasa nyaman bekerja dalam lingkungan yang terstruktur dengan deadline yang realistis, di mana saya bisa memberikan perhatian penuh pada setiap tugas dan mencapai hasil terbaik.
Saya sangat menghargai pekerjaan yang menantang, tetapi saya percaya lebih produktif jika saya bisa bekerja dalam keadaan yang lebih stabil dan terorganisir. Namun, saya tetap terbuka untuk mendiskusikan cara agar saya bisa berkembang dan beradaptasi lebih baik dengan tuntutan pekerjaan ini.”
Baca juga: 10 Pertanyaan untuk HRD yang Bisa Kamu Tanyakan saat Interview Kerja!
Jadi, ketika kamu melihat lowongan kerja yang mencantumkan syarat “bisa bekerja di bawah tekanan” atau mendapatkan pertanyaan serupa saat wawancara, apakah kamu siap? Apapun jawabannya, pastikan kamu mempertimbangkan dengan matang, ya!
—
Mau tahu insight menarik lainnya seputar dunia kerja? Yuk, gabung komunitas Girls Beyond Circle!
Cover: Pexels